Minggu, 22 Februari 2009

MEMAKNAI KEHILANGAN

Suatu siang di stasiun
dalam padat sesak manusia
langkah lunglai
menerobos rintik hujan
tak seperti biasa
Ransel hitam
sedikit berbisik
"coba tadi ditemani tas merah saja"
"tak usah berandai-andai",
hardik ku tajam
pada ransel hitam
Tak sampai hati juga
menghardiknya
sebab luka menganga di tubuhnya
masih terlihat jelas
Tanpa kuasa dia hanya mampu menatap
lihai jemari pencopet
mengambil alih sebuah Telepon genggam
yang setia mendampingi dan mendokumentasi
hari-hari ku
Ini cobaan
peringatan
atau apalah namanya
tak tahu
Pernah seorang teman bernasib sama denganku
kutanya perihal apa yang dia rasakan
"aku merasa beruntung mengalaminya,
kehilangan satu benda yang berharga buatku,
benda yang mungkin penting dalam hidupku,
tapi aku bersyukur
sebab jika aku KEHILANGAN SESUATU yang LEBIH BERHARGA
dari itu,
maka aku siap menghadapinya
sebab aku telah bersimulasi
untuk mengkondisikan diriku sendiri
sebab aku tak pernah tahu
besok aku kehilangan apa dalam hidupku.
Bahkan mungkin besok aku akan kehilangan
orang-orang yang kucinta
Orang-orang yang penting dalam hidupku
maka kehilangan kali ini pertanda
aku harus belajar memaknai KEHILANGAN
untuk siap menghadapi KEHILANGAN
yang lebih berat dari sebelumnya"