Melanjutkan estafeta kepemimpinan Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT), kembali digelar Kongres PEPIAT di Jakarta (21-24 juli 2007). Tema " Kepemimpinan Muda, Kebangkitan Asia Tenggara" menjadi semangat yang mewarnai perjalanan kongres. Sebagai oleh-oleh, saya ingin menyajikan hasil dari rangkaian seminar pra-kongres yang diantaranya diisi oleh Dato seri Anwar Ibrahim (Malaysia), Yudi Latif, Mustafa Kamil Ayyub (Malaysia), Amin Rais, Fuad Bawazier, Ibnu Mahmud. Meskipun tidak disajikan secara komperehensif, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat.
Indonesia Dan Malaysia dalam bentuk populasi piramid. Jumlah kaum muda menjadi majority population. Sampai tahun 60-an, peran pemuda cukup signifikan. Dalam sebuah rezim dominant pada sebuah negara, maka timbal baliknya akan mendapat perlawanan dari internal suatu negara, sehingga memudahkan membawa angin keterbukaan. Perlawanan kemudian lebih banyak dipelopori oleh kaum muda. Akan tetapi pada rezim otoritarian punya kecendrungan untuk memperpanjang kekuasaan. Akhirnya terjadi pemampatan alih generasi kepemimpinan. Kemudian terjadi penuaan dalam politik.
Kaum muda juga sangat penting perannya di bidang ekonomi.. Batas ruang menjadi sangat relatif sebagai implikasi globalisasi. Maka penjajahan, invasi, penaklukan akan mudah dilakukan tanpa harus berada di negara yang menjadi objek target. Globalisasi dapat membuat terjadinya perampasan dunia. Predatory capitalism menjadi bagian dari cirinya. Globalisasi membuat sovreignity suatu negara menjadi berkurang, akibatnya negara tidak mampu menyelesaikan persoalan yang lebih besar.. Globalisasi mengambil sebagaian otoritas negara, sehingga masyarakat harus bekerja sama dengan pihak luar. Sebuah paradoks global, sebab di satu sisi ada resistensi untuk mengakomodir masalah lokal.Salah satu dampaknya dapat dilihat dari fenomena berikut: Life style dibentuk terhadap kekuatan market, bukan berdasar produktif tetapi berdasar konsumtif. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan life style, nilai-nilai dikorbankan. Akibatnya terjadi prostitusi. Tidak hanya prostitusi seksual, tetapi juga prostitusi intelektual dan politik.
Namun Bagaimanapun kebobrokan suatu bangsa, tapi kalau ada negara yang masih memiliki kaum muda yang mempertahankan idealismenya maka kebangkitan itu akan lahir. Meskipun dengan gelombang hegemoni globalisasi, tetapi kalau pemudanya bijak. Maka hal ini akan bisa menjadi kekuatan untuk membangun tamaddun suatu bangsa. Optimis, keyakinan dan kekuatan anak muda menjadi cikal bakal lahirnya kebangkitan. Dalam sejarah islam, sahabiyah dan pejuang islam di awal perjuangan islam, mereka berada pada usia muda (sekitar 20 tahun). reformasi Indonesia sendiri dipelopori oleh anak muda. Idealisme anak muda telah merombak perubahan yang besar. Rasulullah pada usia 23 tahun melakukan perubahan besar.
Dalam konteks Asia Tenggara, rumpun melayu rantau asia tengara merupakan elemen yang memilki kekuatan besar untuk menjadi titik kebangkitan islam. Sebuah catatan, bahwa tidak ada perjuangan yang dihamparkan dengan permadani merah, tetapi dihamparkan dengan onak dan duri.
Olehnya itu, kaum muda atau anak muda haruslah menjadi pribadi yang secara intelektual matang, memiliki kesadaran akan masa lalu, inner strength dan spiritual yang matang. Sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tampil sebagai pelopor di garda terdepan untuk menyeru pada kebajikan. Namun, tentunya seruan kebajikan tak kan berarti bila tidak diikuti dengan amal shalih.
Harapan yang tersisa adalah bahwa kita sebagai kaum muda, menjadi anak muda yang responsif dan proaktif dalam menjawab problematika ummat. Tidak tinggal diam, dan menjadi penonton yang hanya mampu bersorak. Kitalah, anak muda yang menjadi aktor dalam pentas peradaban dunia. Sebab kitalah perpaduan atas semangat yang membaja, teguh dalam memegang prinsip, komitmen dan beridealisme tinggi, serta memiliki ketajaman pikir. Akhirnya, kongres-pun usai, dengan melahirkan pemimpin pelajar islam serantau Asia Tenggara yang diharapkan menjadi motor penggerak kepeloporan kaum muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar