Minggu, 22 Maret 2009

KOMPROMI EGO

Tangan di atas
Lebih baik daripada tangan di bawah

Ini pelajaran yang pernah kudapat
di waktu masih kanak
Membekas dan tertinggal hingga kini

Saat dewasa lalu aku sadar
Indahnya memberi
Sebab dulu kulakukan
Karena doktrin ibu-bapak dan guru agamaku

Belajar berbagi
meski sedikit dari yang kupunya

Berbagi
serasa menjadi seorang pahlawan
tak peduli, pada siang malam, letih, kantuk dan susah, senang
membagi sedikit dari kemanfaatan diri
karena kuyakin, hadirku bukan untukku saja

Terus dan terus belajar berbagi
Tapi ternyata aku menjadi angkuh
Karena egoisitas ku mengangkat dagu
“berkata” tak butuh bantuan orang lain
Seolah harga diri runtuh
jika akhirnya nasib
Mengantar orang lain mengulurkan tangan
Untuk ku

Ternyata aku lupa
Bahwa aku manusia
yang dalam diriku melekat
tabiat kemanusiaanku
bahwa : hidup tidak selamanya memberi
pun sebaliknya

jika akhirnya kuingkari
maka aku telah menafikan tabiat kemanusiaanku
pada titik itu
baru kusadari memberi dan menerima
adalah niscaya


(saat ego harus berkompromi, 210309)