Senin, 19 November 2007

detik-detik jelang UJIAN SKRIPSI

Menjelang dan bahkan usai sidang skripsi tanggal 26 Oktober , blog ini sama sekali jarang diupdate. Lihat aja tulisan terakhir...masih itu-itu saja bukan?

Mengawali kembali tulisan setelah beberapa bulan take a rest ngisi blog, tak apa kalau sekarang menyapa pengunjung blog dengan tulisan tentang Ramadhan kemarin. Meski Ramadhan udah sebulan lebih berlalu, tapi setidaknya ada hikmah yang hendak tersampaikan.

Di awal ramadhan, rencana untuk kembali ke Menteng Raya 58 bareng Mba Indah (kloter terakhir pasca pleno nasional di Makassar) harus gagal. Bukan karena tak ibgin kembali ke Jakarta karena keasikan di Makassar, tetapi disebabkan kendala kepanitiaan jadi harus bisa bersabar untuk menunggu di Makassar beberapa hari lagi. Besoknya, mengunjungi kampus (kayak bukan mahasiswa aja). Di papan pengumuman akademik saya membaca selebaran yang tiba-tiba saja membangkitkan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi. Waktu untuk mengerjakan skripsi hanya dalam tempo 3 pekan, agar bisa memenuhi syaarat akademik terhadap apa yang menjadi motivasiku tadi (?). Emm..sejenak berpikir apakah dalam kurun waktu tersebut bisa terselesaikan. Padahal skripsi masih di BAB III. Saya baru sadar, beberapa bulan telah saya lewatklan tanpa berbuat banyak untuk skripsi. Selalu saja adakata ”nanti aja deh”. Beberapa saat berpikir, BISMILLAH saya meyakinkan diri untuk bisa memenuhi target. Dari sini, saya sedikit mulai bisa membaca hikmah atas gagalnya keberangkatanku kembali ke Jakarta. Saya termotivasi untuk segera kembali menulis sskripsi.

Alhasil, malam hari menemani nyamuk-nyamuk yang tengah sibuk beraktivitas. Bedanya mereka sibuk beraktivitas menghisap darah manusia yang terlelap tidur, sementara saya di malam hari sibuk memencet keyboard laptop sambil sesekali menganalaisis konten buku, data, koran, jurnal, dokumen yang sedang kukaji. Mau tidak mau memang harus begadang sampai sehabis subuh, sebab pagi pukul 11.00 sudah harus kekampus mengurus adminstrasi ujian skripsi yang super ribet minta ampun. ( malah lebih ribet dari mengerjakan skripsinya) plus menghadap konsultan.

Alhamdulillah teman-teman di menteng membantu mencarikan data dan surat penelitian. Sebab lokasi penelitianku di Jakarata. Awalnya saya berencana meminta surat penelitian sebagai bukti administrasi setelah lebaran. Pfuahhhh...dua pekan lebih berjibaku dengan skripsi, akhirnya selesai juga pada pekan ke tiga. Tidak terasa menjelang lebaran. Aktivitas akademik libur dua pekan, jadi yah kembali harus bersabar menunggu sampai lebaran usai. Santai sejenak, sebab skripsi sudah selesai, yah..tinggal proses editing saja. Jadi tidak sesibuk 3 pekan sebelumnya. Baru beberapa hari, kabar duka di pagi hari mengejutkan saya dan keluarga. Adik ibu meninggal dunia usai shalat subuh. Ah..kabar yang sungguh mengejutkan.Sebab tak ada firasat sebelumnya. Cukup berat menerima kabar duka dari keluarga terdekat. Sebab beliau juga sudah kuanggap sebagai bapak. Sepertinya, hikmah tertundanya ujian skripsi yang dijadwal sebelum lebaran, supaya saya ujiannya tidak dalam keadaan berduka yang sangat.

Setelah lebaran, persetujuan pembimbing pun sudah saya dapatkan untuk bisa menempuh sidang ujian skripsi. Tepat tanggal 26 Oktober 2007, sidang pun digelar. Panitia ujian diketuai oleh Prof. Alma Manuputy, SH..,MH pun berjalan lancar dan sukses. Lega rasanya. Proses perampungan skripsi yang meskipun sebenarnya sudah lama diprogramkan, ternyata dapat dikerjakan dengan waktu singkat di detik-detik terakhir. Asal kerja keras, optimis dan tidak menunda-nunda.

Senin, 20 Agustus 2007

BILA MASIH ADA ANAK MUDA


Melanjutkan estafeta kepemimpinan Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT), kembali digelar Kongres PEPIAT di Jakarta (21-24 juli 2007). Tema " Kepemimpinan Muda, Kebangkitan Asia Tenggara" menjadi semangat yang mewarnai perjalanan kongres. Sebagai oleh-oleh, saya ingin menyajikan hasil dari rangkaian seminar pra-kongres yang diantaranya diisi oleh Dato seri Anwar Ibrahim (Malaysia), Yudi Latif, Mustafa Kamil Ayyub (Malaysia), Amin Rais, Fuad Bawazier, Ibnu Mahmud. Meskipun tidak disajikan secara komperehensif, semoga tulisan ini dapat memberi manfaat.

Indonesia Dan Malaysia dalam bentuk populasi piramid. Jumlah kaum muda menjadi majority population. Sampai tahun 60-an, peran pemuda cukup signifikan. Dalam sebuah rezim dominant pada sebuah negara, maka timbal baliknya akan mendapat perlawanan dari internal suatu negara, sehingga memudahkan membawa angin keterbukaan. Perlawanan kemudian lebih banyak dipelopori oleh kaum muda. Akan tetapi pada rezim otoritarian punya kecendrungan untuk memperpanjang kekuasaan. Akhirnya terjadi pemampatan alih generasi kepemimpinan. Kemudian terjadi penuaan dalam politik.

Kaum muda juga sangat penting perannya di bidang ekonomi.. Batas ruang menjadi sangat relatif sebagai implikasi globalisasi. Maka penjajahan, invasi, penaklukan akan mudah dilakukan tanpa harus berada di negara yang menjadi objek target. Globalisasi dapat membuat terjadinya perampasan dunia. Predatory capitalism menjadi bagian dari cirinya. Globalisasi membuat sovreignity suatu negara menjadi berkurang, akibatnya negara tidak mampu menyelesaikan persoalan yang lebih besar.. Globalisasi mengambil sebagaian otoritas negara, sehingga masyarakat harus bekerja sama dengan pihak luar. Sebuah paradoks global, sebab di satu sisi ada resistensi untuk mengakomodir masalah lokal.Salah satu dampaknya dapat dilihat dari fenomena berikut: Life style dibentuk terhadap kekuatan market, bukan berdasar produktif tetapi berdasar konsumtif. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan life style, nilai-nilai dikorbankan. Akibatnya terjadi prostitusi. Tidak hanya prostitusi seksual, tetapi juga prostitusi intelektual dan politik.

Namun Bagaimanapun kebobrokan suatu bangsa, tapi kalau ada negara yang masih memiliki kaum muda yang mempertahankan idealismenya maka kebangkitan itu akan lahir. Meskipun dengan gelombang hegemoni globalisasi, tetapi kalau pemudanya bijak. Maka hal ini akan bisa menjadi kekuatan untuk membangun tamaddun suatu bangsa. Optimis, keyakinan dan kekuatan anak muda menjadi cikal bakal lahirnya kebangkitan. Dalam sejarah islam, sahabiyah dan pejuang islam di awal perjuangan islam, mereka berada pada usia muda (sekitar 20 tahun). reformasi Indonesia sendiri dipelopori oleh anak muda. Idealisme anak muda telah merombak perubahan yang besar. Rasulullah pada usia 23 tahun melakukan perubahan besar.

Dalam konteks Asia Tenggara, rumpun melayu rantau asia tengara merupakan elemen yang memilki kekuatan besar untuk menjadi titik kebangkitan islam. Sebuah catatan, bahwa tidak ada perjuangan yang dihamparkan dengan permadani merah, tetapi dihamparkan dengan onak dan duri.

Olehnya itu, kaum muda atau anak muda haruslah menjadi pribadi yang secara intelektual matang, memiliki kesadaran akan masa lalu, inner strength dan spiritual yang matang. Sehingga menjadi pribadi yang kokoh dan tampil sebagai pelopor di garda terdepan untuk menyeru pada kebajikan. Namun, tentunya seruan kebajikan tak kan berarti bila tidak diikuti dengan amal shalih.

Harapan yang tersisa adalah bahwa kita sebagai kaum muda, menjadi anak muda yang responsif dan proaktif dalam menjawab problematika ummat. Tidak tinggal diam, dan menjadi penonton yang hanya mampu bersorak. Kitalah, anak muda yang menjadi aktor dalam pentas peradaban dunia. Sebab kitalah perpaduan atas semangat yang membaja, teguh dalam memegang prinsip, komitmen dan beridealisme tinggi, serta memiliki ketajaman pikir. Akhirnya, kongres-pun usai, dengan melahirkan pemimpin pelajar islam serantau Asia Tenggara yang diharapkan menjadi motor penggerak kepeloporan kaum muda.

Senin, 09 Juli 2007

BERANGKAT DARI PERNYATAAN BANG DEDI “NAGABONAR” MIZWAR

Membaca, ngobrol, tidur dan melamun adalah aktivitas yang paling sering dikerjakan orang saat menunggu. Dalam sebuah perjalanan Jakarta-Makassar, saya mencoba memilih aktivitas yang bisa membuat saya enjoy untuk meminimalisir kebosanan. Saya mengambil majalah wisata yang biasa disediakan oleh semua maskapai penerbangan. Dari beberapa artikel yang ada, saya tertarik untuk membaca wawancara dengan artis kawakan Dedi Mizwar yang tak hanya berprofesi sebagai aktor, tetapi sekaligus juga seorang sutradara dan produser. Puluhan film yang telah dibintangi dan berbagi penghargaan telah disandangnya menjadikan ia sebagai orang yang patut diperhitungkan di dunia perfilman.

Sebagai seorang yang bergerak di dunia film, tentunya ia pun lebih banyak tahu tentang perkembangan film hari ini, terutama di Indonesia. Saat ini bang Dedi lebih banyak menggarap film-film religius, sebagai bentuk keresahannya terhadap film-film yang ada . Ada satu pernyataan menarik yang dilontarkan oleh pemeran Nagabonar dalam Nagobanar jadi dua ini di majalah tersebut, bahwa perkembangan budaya suatu bangsa dapat dilihat dari karya film yang dihasilkan. Sebab film menurutnya sebagai sebuah sarana efektif menyampaikan pesan-pesan moril ke masyarakat. Saya kemudian mengamini pernyataan tersebut. Apalagi film, sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter masyarakat. Begitupula sebaliknya, jika masyarakat memiliki karakter yang lemah maka film yang dihasilkan pun sangat jauh dari pesan-pesan moral yang membangun.

Saya mencoba mengingat-ingat film maupun sinetron Indonesia yang pernah di tayangkan. Memori yang muncul adalah sinetron mistik. Seorang anak kecil misalnya digambarkan berteman dengan seorang peri penolong yang bisa mengabulkan permintaan anak. Ada juga yang menmpilkan ular siluman yang kadangkala berubah menjadi wanita cantik. Sangat tidak masuk akal, bahkan jika dikaitkan dengan hal-hal transcendental dalam agama pun juga tidak bisa nyambung. Dampak dari hal tersebut menurut pengalaman saya, anak-anak menjadi percaya bahwa peri penolong itu ada. Bahkan ekstrimnya, jika anak menemui masalah maka yang akan dimintai pertolongannya adalah peri. Ini justru akan mengarahkan anak untuk memercayai ada kekuatan penolong selain Allah. Ada juga anak yang mencoba menjatuhkan diri dari ketinggian, karena sering menyaksikan film atau sinetron yang menggambarkan manusia memiliki sayap. Anak-anak diajak untuk berpikir tidak rasional.

Itu baru film mistik saja, belum lagi film-film horror dengan berbagai judul yang mencoba meng-hororkan sebuah benda atau keadaan. Misal saja Bangku kosong, Hantu Jeruk Perut, Terowongan Casablanca, dan bangsal 13. Belum lagi sinetron-sinetron yang tayang di televisi. Dampaknya lebih besar trhadap anak, misalnya mereka menjadi anak yang penakut.

Cerita cinta dan gemerlap dunia remaja juga dieksploitasi dalam beberapa film dan sinetron. Seorang ibu guru konseling mengutarakan kekhawatirannya, dengan penampilan gaya anak SMU dangan seragam sekolah di luar batas kewajaran. Kadang pula dikisahkan Sikap guru yang ditampilkan krang berwibawa dan selalu menjadi bahan ledekan siswa. Tentunya ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter siswa dan penghormatan terhadap guru. Kisah-kisah remaja kurang memberikan pesan moril tetapi lebih mengksploitasi dunia remaja yang senang hura-hura, memadu cinta dan tak sedikit film yang menjadikan pemeran utamanya sebagai sosok remaja yang hamil di luar nikah. Seorang produser pernah berkomentar jika itulah realitas remaja yang coba dikemas dan ditampilkan. Pertanyaannya, lalu apa selanjutnya?, pesan moril apa yang terbangun di masyarakat. Justru dampaknya, masyarakat semakin mentolerir perilaku remaja yang kurang baik tersebut. Misalnya saja, bagaimana perilaku hamil di luar nikah oleh masyarakat menjadi tidak tabu lagi.Yang penting menikah sebelum anak keburu lahir.

Yah, itulah sedikit gambaran tentang realitas dunia perfilman dan sinetron saat ini. Karya yang dihasilkan belum cukup mampu membangun budaya bangsa berkarakter. Namun untuk mengubah keadaan ini, tak cukup dengan counter wacana. Karya harus dibalas karya. Risau terhadap karya yang ada saat ini, maka jawabannya adalah menciptakan karya tanding. Siapa yang akan menciptakana karya tanding, kalau bukan anak muda Indonesia, dan tentunya mereka yang punya potensi dan minat di bidan per-film-an. namun yang lebih penting adalah mereka yang berpotensi, punya minat dan juga punya visi.

Rabu, 20 Juni 2007

PERDAGANGAN PEREMPUAN: SEBUAH KEKHAWATIRAN

  1. Arus kapitalisme yang berjalan beriringan dengan globalisasi, mengantarkan manusia menjadi matrealistis. Tak dapat disangkal, bahwa industrialisasi sebagai salah satu cirinya menunjukkan perkembangan yang semakin pesat. Berbagai komoditi dijadikan sebagai objek dalam indutrialisasi tersebut dan berdampak terhadap kreativitas manusia dalam menemukan jenis komoditi yang dapat mendatangkan banyak keuntungan (uang). Tata nilai kemudian terpinggirkan dan Hak Asasi Manusia (HAM) pun tidak lagi dijunjung tinggi.
    Salah satu kreativitas bebas nilai yang ditemukan oleh manusia, adalah menjadikan manusia sebagai komoditi
    industri. Manusia diperdagangkan, diperjualbelikan, seperti layaknya komoditi lain. Sederhananya, manusia berdagang manusia. Dalam sistem yang terorganisir, manusia masuk dalam industri perdagangan manusia yang berlangsung tidak hanya dalam negara saja, tapi juga melewati lintas batas negara.
    Hingga hari ini, perdagangan manusia masih menjadi isu global yang mengemuka. Dalam perkembangannya, perdagangan manusia adalah bentuk modern perbudakan yang luas terjadi di seluruh dunia. Memperdagangkan manusia adalah industri kejahatan terbesar kedua di dunia setelah perdagangan obat terlarang dan merupakan yang tercepat pertumbuhannya. Menurut Laporan Perdagangan Manusia Amerika Serikat 2004, 5.564 perempuan ditangkap dan ditahan di Malaysia karena dicurigai melakukan prostitusi dan mereka adalah korban perdagangan manusia.
    . Sedangkan dalam catatan Asian Development Bank, pada tahun 2003 sebanyak satu sampai dua juta manusia diestimasi telah diperdagangkan di seluruh dunia. Sebagian besar dari negara miskin dan berada pada tahap berkembang.
    Dalam aktivitas perdagangan manusia tersebut, perempuan juga telah menjadi bagian dari komoditas yang dieksploitasi. Fakta membuktikan bahwa perempuan telah dieksploitasi sedemikian rupa. Dalam kondisi seperti ini, anak-anak bangsa menjadi kehilangan tokoh ibu yang bisa dijadikan pujaan dan kebanggaan. Dunia kehilangan figur perempuan yang mulia. perempuan-perempuan yang diperlakukan seperti barang dagangan.
    Dalam penelitian Anatona Guno
    mengenai perbudakan dan perdagangan di kawasan Selat malaka dalam kurun waktu tahun 1786-1980, perempuan menjadi komoditas yang menarik karena mempunyai harga jual yang lebih tinggi daripada laki-laki. Perempuan yang diperdagangkan ini ditujukan untuk keperluan sebagai buruh, pelacuran dan dijadikan istri, dengan melibatkan berbagai kelas sosial, etnis, dan golongan[4]. Permintaan pasar tehadap komoditi perempuan jauh lebih besar dibandingkan permintaan pasar terhadap laki-laki. Itulah sebabnya perempuan yang menjadi korban perdagangan manusia jauh lebih besar dibandingkan laki-laki. Sebagai komoditi, perempuan lebih sering dijadikan pekerja seks dalam industri prostitusi dimana konsumen dalam industri ini didominasi oleh laki-laki. Industri prostitusi merupakan permintaan paling banyak dalam kasus perdagangan perempuan. Tetapi tidak hanya itu, perempuan diperdagangkan juga untuk dijadikan budak, buruh dan bahkan untuk kepentingan penjualan organ tubuh. Berbeda dengan laki-laki, jumlah permintaan pasar untuk menjadikan laki-laki sebagai komoditi relatif lebih kecil karena peruntukkan komoditi laki-laki terutama hanya untuk dipekerjakan sebagai buruh kasar (bangunan, pabrik). Dengan kata lain, peruntukkan komoditi laki-laki dalam perdagangan manusia, sebagian besar hanya untuk dieksploitasi tenaganya.
    Dilandasi oleh faktor kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan dapat menggeser manusia untuk bisa bertahan dalam tantangan arus globalisasi. Masyarakat yang pragmatis menjadikan perempuan sebaagi aset yang menghasilkan uang. Apalagi oleh masyarakat di negara miskin. Perempuan dianggap sebagai kelompok kelas kedua (subordinate), sementara laki-laki sebagai pemilik kekuasaan despotik terhadap perempuan yang bisa melakukan apa saja. Termasuk memperdagangkan perempuan. Kondisi ini akhirnya menempatkan anak perempuan dalam keterpaksaannya, untuk dijadikan komoditi. Di Asia, seringkali perempuan yang diperdagangkan buta huruf, dari desa terpencil, miskin, etnis minoritas dan kasta terbawah.
    Pada bulan Oktober 2006, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan menyebutkan ada 18 perempuan Indonesia dari berbagai daerah yang diperdagangkan sebagai pekerja seks komersial ke Jepang,
    padahal menurut janji awal mereka akan menjadi duta seni sebagai penari. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (Menneg PP) Meutia Hatta juga mengatakan, diperkirakan jumlah korban perdagangan manusia dengan modus sama mencapai lebih dari 1.000 perempuan dan Jepang diduga bukan satu-satunya negara tujuan. Indonesia sendiri termasuk negara tier ke-3 dalam laporan perdagangan manusia 2002. Berdasarkan laporan Depertemen Luar Negeri Amerika Serikat tahun 2001 mengenai Perdagangan Manusia, bahwa Indonesia bersama 22 negara lainnya dipandang sebagai sumber perdagangan manusia, baik untuk kepentingan dalam negeri maupun mancanegara.
    Salah satu tujuan perdagangan manusia adalah memasukkan perempuan dalam industri prostitusi. Di Thailand pada tahun 1993, diperkirakan 20.000 perempuan Burma terlibat sebagai pekerja seks di dalamnya., selain berasal dari Burma tercatat pula bahwa 80 ribu perempuan dari provinsi Yunan di Cina dikirim ke Thailand. Sementara di Malaysia Timur banyak pula perempuan Indonesia menjadi pekerja seks dalam industri prostitusi. Begitupula dengan Ukraina, sekitar 500 ribu wanita dan anak-anak dari negeri ini diselundupkan ke negara-negara Eropa. Komisi HAM PBB melaporkan, sekitar10 ribu anak-anak perempuan diselundupkan dari Myanmar ke Thailand. 40 persen pekerja seks anak di Kamboja di datangkan dari Vietnam. UNICEF juga melaporkan bahwa di Taiwan, sekitar 100 ribu remaja putri terlibat dalam industri prostitusi. Korban dalam industri prostitusi ini, sebagian besar merupakan korban perdagangan perempuan.
    Dalam banyak kasus perdagangan manusia yang terjadi, seringkali korban dipaksa dengan modus penculikan. Tak sedikit pula korban berada dalam jeratan utang, sehingga dalam keadaan terpaksa mau dijadikan tebusan utang yang tidak dapat dibayar. Modus lain, korban ditipu dengan akan dipekerjakan di luar negeri sebagai buruh migran. Dalam modus penipuan, seringkali melibatkan orang terdekat seperti keluarga, tetangga dan tokoh masyarakat setempat
    . Seperti pada salah satu contoh kasus yang terjadi pada gadis yang masih berusia 17 tahun di Indonesia, ia diajak oleh bibinya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Tapi pada akhirnya ia dibawa ke lokasi prostitusi, bahkan dipaksa dan dianiaya untuk menjajakan seks. Studi tentang pekerja seks di india, bahwa 33 persen dipaksa masuk dalam industri prostitusi karena ajakan keluarga dekat.
    Tidak hanya prostitusi yang menjadi tujuan utama dalam perdagangan perempuan. Mereka yang diperdagangkan akan dipaksa menjalani aktivitas sebagai berikut:
    Peredaran narkotika, Mail order bride, Child sex tourism (kasus untuk anak perempuan), Buruh migran (pembantu rumah tangga, buruh pabrik) dengan upah murah, Eksploitasi organ tubuh, Kurir narkoba, Adopsi ilegal, Pengemis jalanan dan tindakan serupa perbudakan.
    Perdagangan perempuan sebagai aktivitas dalam trafficking in humanity lintas batas negara, sudah seharusnya menjadi perhatian yang serius dari masyarakat internasional mengingat semakin banyaknya kasus yang terjadi.