Jumat, 15 Juni 2007



Mulai dari tanggal 2 sampai 7 Juni 2007, Kaliurang Yogyakarta menjadi saksi diselenggarakannya Temu Pemuda Serantau, maksudnya apa yah?. Temu Pemuda Serantau merupakan kumpulan pemuda yang berasal dari negara rumpun Melayu, yang sekaligus juga merupakan negara dalam kawasan Asia Tenggara. Pada perencanaan awal peserta dalam kegiatan ini akan dihadiri perwakilan organisasi pemuda islam se-kawasan Asia Tenggara meliputi, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Kamboja. Namun, karena ada kendala teknis teman-teman dari Singapura, Kamboja dan Thailand tidak berkesempatan hadir. Jumlah pesera keseluruhan sebanyak 65 orang, empat puluh orang diantaranya berasal dari Malaysia yang terdiri dari perwakilan PKPIM (Persekutuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia) dan YPU (Yayasan Pembangunan Ummah). Sementara dari Indonesia sendiri diwakili oleh organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia), GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), HMI (Himpunan Mahasiswa Islam),dan lainnya. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Dialog Dakwah Serantau yang salah satu wali amanatnya adalah Almarhum Hussein Umar (Indonesia), selain itu ada DR. Anuar Tahir (Malaysia) dan wali amanat lainnya dari Singapura, Thailand dan Kamboja. Sementara organisasi penyelenggaranya adalah GPII.

Seluruh rangkaian acara diawali dengan opening ceremony di Benteng Vredenburg Yogyakarta, yang langsung dibuka oleh Menegpora Adyaksa Dault. Sesi selanjutnya adalah Ta’aruf dan diskusi Why we are here?. Semua peserta antusias mengikuti rangkaian acara ini. Apalagi rangakaian materi yang disuguhkan memacu militansi pemuda serantau dan tentunya meningkatkan semangat dakwah. Misalnya saja materi Akidah dan Ukhuwah, materi Kekuatan Spiritual, serta Keterampilan Pemuda yang masing-masing diisi oleh DR. Muhammad Nur Manuty (Malaysia), Wan Kharisal bin Wan Khasim (Malaysia) dan DR. Annuar Tahir (Malaysia). Penyajian materi pun tidak membosankan, sebab lebih partsipatif dengan disertai games dan diskusi tentunya. Peserta baik dari Indonesi maupun Malaysia antusias mengajukan pertnayaan kepada para pemateri.

Tidak hanya meteri di dalam kelas, di hari ke-3 adalah kegiatan Out Bond mulai dari pagi sampai malam. Sesi out bond dipandu oleh Tim Sang Surya dengan segudang permainan sarat makna. Misalnya saja peserta dibagi dalam tim (2 tim putra dan 1 tim putri), masing-masing anggota tim lalu berpegangan tangan untuk rebutan mengambil balon paling ujung, tangan peserta tidak boleh lepas. Tentu saja, jika hanya mengandalkan tangan saja barisan tim tak mampu mencapai balon. Oleh karenanya digunakan kekuatan kreativitas, ada yang menggunakan jaket, tali sepatu, gantungan kartu nama dan lainnya untuk memperpanjang barisan peserta. Selain untuk mengerahkan potensi kreativitas, permainan ini juga sarat dengan makna pengorbanan, saling mempercayai, semangat, kejujuran dan tentu saja kerja keras. Beberapa permainan lainnya adalah lempar tangkap gelas dan telur, jalan di atas gelas dan permainan lain yang mengasah olah pikir, serta memacu kreativitas. Paling seru, ketika malam hari peserta satu persatu berjalan di atas bara api. Pada sesi ini tidak ada ritual khusus untuk bisa berjalan di atas api, tetapi yang diperlukan adalah keberanian dan motivasi untuk melewati rintangan api. Makna permainan ini bahwa, masalah sebesar apapun dapat dilewati asalkan kita sendiri punya kemauan untuk itu. Keren kan?

Oiya, setiap pagi setelah shalat subuh jamaah dan kultum, peserta melakukan riyadha di sekitar kaliurang. Calon pemimpin masa depan tidak cukup memiliki kematangan intelektual dan spiritual saja, tapi ketahanan fisik yang baik juga penting. Selain itu, sesi ini juga lebih mendekatkan kita dengan alam. Agar lebih semangat peserta mengiringi riyadha dengan Mars Pemuda Serantau:

Sayup terdengar adzan di subuh hari
Memanggil ummat tegak berdiri
Siswa siswi pemuda putera puteri
Ayo langkahkan kaki
Kami pemuda berani dengan semangat merapi
Siap sedia berbakti
Pemuda berjati diri


Hari ke-4 saatnya peserta menunjukkan seni dan budaya masing-masing negara. Beberapa tim yang berlatih hanya empat saja, ternyata mampu menampilkan suguhan yang menarik. Bahkan mengkolaborasikan antara seni dan budaya negara peserta. Ada memadukan tarian piring dan lagu khas Melayu, akustik, pantun Melayu diiringi musik campur sari, bahkan salah satu tim yang menamai diri tim sya’ban menampilkan kolaborasi drama (Malaysia menyebutnya sketsa), pantun dan lagu khas Indonesia-Malaysia diiingi musik campur sari. Sesi ini makin mengeratkan hubungan budaya antar negara peserta. Sekaligus sebagai salah satu bentuk diplomasi kebudayaan yang dipelopori oleh pemuda. Apalagi masyarakat sekitar juga diajak untuk turut menyaksikan penampilan peserta.

Hari Berikutnya, peserta melakukan kunjungan dan bakti sosial ke daerah Patalan dan Bantul yang sempat terkena imbas gempa bumi. Di dua daerah tadi juga peserta mengunjungi surau yang didirikan atas kerja sama dengan masyarakat Malaysia pacsa terjadinya gempa bumi.

Memperkenalkan budaya dan kekayaan alam Indonesia kepada negara lain, tidak hanya cukup dengan penampilan budaya. Sehari sebelum penutupan peserta melakukan field trip ke candi Borobudur, Gunung Merapi (di gunung merapi kita sempat bertemu dan berbincang-bincang dengan mbah Marijan, tapi sayang mbah Marijan tak bisa diambil gambarnya) dan field trip berakhir di Malioboro.

Ada perjumpaan tentu ada perpisahan, peserta dari Malaysia harus kembali ke negara asal. Begitupa dengan peserta dari Indonesia. Ada yang harus kembali ke Makassar , Jakarta, Kupang, Aceh, Lampung, Banjarmasin maupun yang di wilayah Yogyakarta sendiri. Setiap peserta pulang dengan kenangan masing-masing. Namun, akumulasi dari kenangan itu adalah ukhuwah yang tebina begitu indah, tanpa memandang batas negara. Setiap peserta berangkulan dalam satu asa, mengucap ikrar untuk memperat jati diri sebagai pemuda Melayu, yang dapat memajukan peradaban islam dan budaya melayu yang islami serta mempersiapkan diri menjadi pemimpin sejati di masa depan. Allahuakbar. (Nur Amelia/memel)

Tidak ada komentar: