Rabu, 23 Mei 2007

PEMIMPIN



Kebanyakan orang merindukan lahirnya sebuah peerubahan dan perbaikan namun mereka hanya bisa menjadi penonton, bersikap pasif dan tidak melakukan apapun untuk itu. Sementara hanya sedikit orang saja yang yang siapa menjadi aktor perubahan. Tipikal terakhir adalah tipikal orang yang memiliki jiwa kepeloporan, merekalah yang kemudian dapat dikatakan sebagai pemimipin. Seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan, tidak akan tinggal diam. Akan tetapi terus bergerak, melakukan kerja-kerja nyata dalam menggerakkan orang lain demi mencapai sebuah tujuan.

Kepemimpinan adalah sebuah keharusan dalam proses kehidupan, agar mewujudkan keteraturan dan ketertiban sekaligus keseimbangan dalam sebuah tatanan masyarakat. Hal ini penting karena dengan adanya sebuah kepeminpina, maka potensi-potensi yang ada mampu dikelola, dibimbing dan dirahkan dengan tepat, selanjutnya merencanakan strategi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sehingga kepemimpinan menjadi kekuatan menuju kemenangan.
Kepemimpinan terkonsentrasi pada masalah hubungan dengan manusiadan memperhatikan masalah-masalah masa depan. Kepemimpinan banyak berbicara masalah visi, strategi dan selalu menekankan keteladan dan adanaya proses regenerasi. Senantiasa peduli dan selalu bersama-sama anggotanya.

Kepemimpinan harus memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan ini harus terangkum dalam visi yang menggambarkan kondisi masa depan yang diimpikan, dengan adanya visi mendorong kita untuk berkreasi dan berinovasi untuk mewujudkan apa yang menjadi impian tersebut. Maka wajar jika Napoleon berpendapat” Seseorang tidak akan memipin individu-individu tanpa bisa membangun kejelasan masa depan bagi mereka. Sebab pemimpin adalah penjelas harapan mereka”. Visi yang baik adalah visi yang berorientasi jauh ke depan dan memberikan gambaran masa depan berdasarkan pembacaan kondisi yang tepat dan hati-hati serta penuh perhitungan Sehingga tidak salah dalam pemilihan dan penentuan strategi yang harus diterapkan. Kejelasan visi akan mampu membakar jiwa orang yang dipimpin untuk mau mengerahkan segenapkan potensi dalam beraktivitas.
Pemimpin harus mampu mampu mempengaruhi dan mengendalikan. Kekuatan mempengaruhi sangat besar befeknya dalam sebuah kepemimpinan. Kekuatan mempengaruhi dan mengendalaikan dapat lahir bila orng yang memipin memiliki kemampuan dan kapabiltas serta kecerdasan dalam menunaikan tugas-tugasnya. Selanjutnya, kemampuan mempengaruhidan mengendalikan orang lain ada manakala seorang pemimpin dapat dipercaya karena kejurunnya meski pada hal-hal yang kelihatannya tampak remeh.
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi pemimpin. Hanya saja sedikit orang yang menyadari dan mengasah potensi kepemimpinan itu. Petter Drucer seorang ahli manajemen modern yang telah mempelajari manajemen selama lima puluh tahun mengatakan bahwa “kepemimpinan itu wajib anda pelajari dan sangat mungkin bagi anda untuk mempelajarinya”. Kepemimpinan lahir dari sebuah proses, bukan sesuatu yang dating begitu saja secara tiba-tiba. Proses pembentukan itu terjadi melalui, lingkungan keluarga dan masyarakat ketika seorang pada masa kanak-kanak hingga pada proses pertumbuhannya telah mendapatkan pendidikan yang menanamkan jiwa kepemimpinan pada anak. Selanjutnya pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan, termasuk di dalamnya adalah pelatihan-pelatihan yang membentuk karakter kepemimpinan seseorang.

KALA RINDU MENGGODA

Malam ini aku menunggu pagi
Menunggu dengan segenap asa
dalam cemas
Temani kesendirian sunyi
Bilakah mentari besok bersinar
Akankah ia masih menyapaku
Membelai dengan sinar hangatnya
Aku rindu pagi

Pagi ini aku menunggu malam
Menunggu dengan segenap iba
Dalam risau
Temani kebisingan siang
Bilakah rembulan bercahaya
Akankah ia masih menyambutku
Membasuh wajahku dengan siraman cahayanya
Aku rindu malam
Rindu akan perjumpaan terindah



?

?

Apa?
Siapa?
Aku?
Siapa aku?
Apa?
Aku siapa?
Maka….
Aku bukan siapa-siapa?
Aku hanya layak berkata
Aku milk-MU

P A N A S

Menyisiri Jakarta di siang hari begitu panas (ya iyalah, namanya juga siang, kecuali kalo lagi mendung atau hujan). Pfuhhh…keringat sudah segede biji jagung (kenapa coba harus segede jagung bukan segede beras, segede biji papaya atau yang lainnya? ). Pokoknya, siang ini begitu panas!

PANAS!, otak yang ada di dalam kepalaku memilih kata dengan 5 huruf itu. Lalu memainkannya dalam pola pikir radial. Hingga muncul beberapa kata baru yang ditarik dari kata panas tadi. Matahari, Setrika, Kompor, dan…..Kuah Coto…
Lintasan kata tadi, muncul karena bisa jadi saya lagi memikirkan sesuatu hal yang berkaitan dengan kata-kata kunci di atas. Misalnya saja kompor, hari ini saya lagi piket di asrama artinya masak lagi. Trus, Setrika…ya karena pakaian di loker menumpuk belum di sterika (hehehehe). Lalu kuah coto?? Nah lho ini maksudnya apa? Emm….rindu makassar oiiii.

Kata kunci kuah Coto tadi kembali dimainkan oleh otakku secara radial. Dari kata itu, muncul kata baru. Kantin 2 Unhas. Masih saja otak ini bermain dengan kata yang baru saja muncul. Kata berikut yang dihadirkan adalah Fakultas Hukum Unhas. Pfhhuuuhhh…….Ia belum letih, masih terus bermain dengan kata kunci berikutnya hingga berhenti sejenak di satu titik “ SKRIPSI”!

Jadi ingat skripsi yang masih bertahan di Bab III setelah seminar proposal di bulan April kemarin. Seharusnya saat ini sudah masuk ke tahap penelitian untuk selanjutnya di turunkan dalam Bab Pembahasan . Tapi…..penelitian belum juga selesai. Adakah masalah? Atau tak adakah waktu dan kesempatan untuk mengerjakannya??? Sibuk? Atau memang malas?

Kalau soal waktu, kesibukan dan kesempatan sebenarnya tak bisa menjadi alasan kuat untuk disalahkan. Waktu dan kesempatan cukuplah tersedia sebenarnya. Kadangkala, kita memang sering mencari alasan untuk membenarkan kemalasan kita. Atau mengkambinghitamkan aktivitas yang satu, sebagai alasan tertundanya aktivitas yang lain. Dengan kata berbeda, manejemen waktu yang belum tertata. Akhirnya ada yang harus dikorbankan.

Saya kemudian teringat pada sebuah pertemuan di atas angkutan umum alias pete’-pete’ ketika di Makassar bulan April lalu. Seorang ibu paruh baya, yang duduk tepat di sampingku. Awalnya, tak ada yang berkesan. Seperti biasanya, kebanyakan penumpang saling acuh karena tak saling mengenal (ada juga yag kadang berpura-pura acuh meski sebenarnya kenal). Perkenalan diawali, ketika ibu tadi mengomentari soal anak jalanan di kilo empat Makassar. Saya tertarik untuk melanjutkan komentar ibu berjilbab yang dari karakteristik wajahnya bahwa ia orang yang cukup terbuka dan ramah. Perkenalan berlanjut. Walah…ternyata kami pernah se-meja dalam sebuah seminar kepenulisan. Ibu itu moderator dan saya notulennya. Peristiwa itu setahun yang lalu. Ibu tadi lalu mengeluarkan sebuah buku yang akan dibedah sesaat lagi di salah satu sekolah siang itu. Ibu tadi lalu betanya, “dek, kamu sudah pernah menulis buku?” . tersipu malu saya menjawabnya, “belum bu”. Bagaimana tidak, seorang ibu rumah tangga, dan juga memiliki aktivitas di luar rumah sanggup menghasilkan sebuah buku. Sementara saya, yang masih muda, belum mengurus tetek-bengek rumah tangga, hingga saat ini belum menghasilkan sebuah karya buku. Meski sebelumnya beberapa karya ilmiah utntuk tujuan kompetisi telah mampu kuhasilkan. TApi tetap saja, saya belum punya karya buku yang terpublikasikan. Buku, menurutku sebuah sarana aktualisasi diri, mengekspresikan buah pikiran sekaligus sarana yang cukup efektif mentransformasikan nilai pada orang lain. Dan ibu tadi, dengan segenap aktivitasnya telah mampu melakukan itu melalui sebuah karya buku.

Kenyataan lain yang semakin memacu motivasi, ketika melihat seorang ibu, yang memiliki 11 putra-putri, dengan aktivitas padat mengurus organisasi, yayasan, dan menjadi pembicara pada berbagai seminar, masih memiliki semangat luar biasa untuk menyelesaikan tugas akhir di salah satu perguruan tinggi.

Dua contoh di atas hanya mewakili sedikit dari banyak kisah orang-orang yang tetap mampu berkarya di tengah kepadatan aktivitas. Namun seringkali, kita merasa menjadi orang yang paling sibuk sedunia dan berhenti berkarya apalagi berprestasi. Seperti pernyataan beberapa orang yang kadang kutemui
- Ga’ ah lagi sibuk
- Kasi aja kesempatan buat orang yang tak punya aktivitas
- Entar siapa yang mengurusi organisasi?
- Masih ada kerjaan nih
- Skripsi masih bab niat, maklum aktivis
- Dan alasan lainnya

Kita seringkali membuat batasan-batasan, bahwa kita tak bisa melakukan banyak hal dalam waktu bersamaan (bukan berarti saya menafikan bahwa fokus itu penting). Akan tetapi terkadang kita lupa jikau banyak hal yang sebenarnya dapat kita lakukan. Hanya saja, masih dikontrol oleh waktu dan memenjarakan diri pada keengganan untuk berbuat lebih banyak. Saya lalu menarik napas panjang, saatnya berbuat lebih banyak, mumpung masih muda dan masih hidup.

SELAMAT JALAN SAHABATKU

Rezeki, jodoh, kelahiran dan kematian sekali lagi adalah sebuah misteri. Hari ini, saya kembali merasakan sedihnya ditinggalkan sahabat. Dua jam sebelum jadwal penerbangan ke Jakarta telepon genggam yang biasa saya bawa berdering dengan nada yang familiar di telingaku, tapi dengan nomor yang sama sekali tak kukenal. Tak ada firasat apapun. Seorang sahabat mengabarkan. Sudirman Caco (aku sering memanggilnya C A C O ) ketua Pengurus Wilayah(PW) PII Sulawesi Selatan bersama ketua PD Makassar yang baru saja menuntaskan masa jabatannya telah mendahului kembali ke Rahmatullah. Dari informasi sahabatku tadi, keduanya meninggal akibat kecelakaan di Pangkep. Ada apa gerangan? mengapa mereka ada di Pangkep. Kabar berikutnya kuterima, bahwa mereka hendak menghadiri Konfrensi Daerah PD PII Pinrang. Subhanallah!! kepergian yang indah menurutku. Mereka pergi dengan kekuatan tekad untuk mngembangkan dakwah pelajar di daerah. Tekad membangun motivasi dan semangat juang kader-kader PII Pinrang. Aah...sahabatku.....senyum dalam tidur abadimu itu sepertinya hendak mengabarkan kalau kalian hendak menuju CINTA NYA...tapi sayang, saya tak sempat melihat jasad Caco untuk terakhir kalinya. Handai taulan, kerabat, sahabat, saudara seperjuangan mengantarkan jenazah beliau. Terlihat beberapa kader seperjuangan dan segenap Alumni (Keluarga Besar) PII di sana. Ah..saudaraku engkau telah mendahului kami.....tek satupun diantara kami yang dapat menahan haru dan tangis. Sebab kalian yang kami kenal, adalah sosok yang selalu semangat, bergerak dan berjuang. kalian bukanlah sosok egois, tapi kalian rela mengorbankan kepentingan pribadi untuk umat. saya mengenal kalian sejak di bangku SMU. Saya tahu, sepajang perjalanan setelah tercerahkan dalam gerakan PII kalian hanya sibuk berpikir dan bertindak untuk dakwah, untuk izzul islam wal muslimin. Ah..saudaraku, nantikan kami bersamamu menjemput Syahid. Semoga!.

Satu cerita tersisa.....
kami menempuh perjalanan ke rumah almarhum seharian, dari siang sampai subuh. Tepat pukul 03.20 akupun langsug menuju bandara karena harus langsung berangkat ke Jakarta. Sementara 2 orang Korwil PII Wati Sulsel (Nirwana dan Rabita) langsung berangkat menuju Pinrang dalam rangka menghadiri Koferensi Daerah PD PII Pinrang. Subhanallah....saudaraku apakah kalian tidak letih. ataukah kalian trauma karena untuk menghadiri acara yang sama, dua orang saudara kita mendahului. TIDAK! saya tahu siapa kalian. Kalian adalah para pejuang yang memiliki semangat bak kobaran api. Tak pernah surut. Saya tahu meski badan kalian letih, namun semnagat berdakwah utnuk ummat jauh melebihi keletihan itu. Saudaraku, selamat berjuang!

( April 2007Bandara Hasanuddin, 04.00 WITA untuk keberangkatan yang tertunda)

Sabtu, 19 Mei 2007

Kebajikan yang Sempurna

Agama kita mengajarkan berbagai macam kebajikan. Dalam rentang waktu yang mengiringi usia kita dan di bawah kolong langit tempat memijak di bumi, tidak ada kesempatan yang mustahil bagi kita untuk berbuat kebajikan. Apalagi, fungsi kekhalifahan manusia (QS Albaqarah [2]: 30) memungkinkan sifat-sifat kebajikan Allah (asma’ul husna) mendekam dalam pribadi orang perorang.
Kebajikan memiliki arti yang luas. Secara khusus, Allah mengungkapkan perinciannya, “...sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya bila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan peperangan...” (QS Albaqarah [2]: 177)
Dari sederet kebajikan-kebajikan itu, ada kebajikan yang bisa mengantarkan seseorang pada sebuah kebajikan yang sempurna. Kebajikan yang sempurna itu adalah menafkahkan sebagian dari apa yang kita cintai. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 92)
Namun, sebagian besar kita sesungguhnya belum bisa merengkuh kebajikan yang sempurna itu. Apa pasal? Tidak jarang, kita menafkahkan sebagian dari apa yang kita miliki namun yang kita nafkahkan itu tidak benar-benar sesuatu yang kita cintai. Kita berinfak untuk masjid atau lembaga pendidikan agama, menyumbangkan dana untuk korban bencana, menyisihkan rizki untuk tetangga dan menghibahkan barang yang masih bermanfaat untuk orang lain belum bisa dikata telah menggenggam kebajikan yang sempurna. Karena bisa jadi, harta yang dinafkahkan itu hanya bagian kecil saja dan, mungkin, tidak berarti apa-apa.
Suatu ketika, seorang tamu datang ke rumah Abu Dzar al-Ghifari. Dia berkata kepada tamu itu bahwa saat itu ia sedang sibuk. Dia memiliki beberapa ekor unta dan tamu itu diminta mengambil unta yang terbaik untuk dibawa pulang. Lantas tamu itu kembali dengan seekor unta yang kurus dan Abu Dzar berkata bahwa tamu itu tidak jujur kepadanya tentang unta itu. Tamu itu berkata bahwa dirinya menemukan unta yang terbaik di antara yang lain, tapi dia berpikir, barangkali suatu saat Abu Dzar akan membutuhkannya. Lalu Abu Dzar berkata, “Sesungguhnya hari ketika aku sangat membutuhkannya adalah hari saat aku dimasukkan ke liang kuburku, karena Allah berfirman, ‘kalian tidak akan pernah mencapai kebajikan yang sempurna kecuali kalian menafkahkan dari apa yang kalian cintai.’”
Jauh-jauh sebelumnya, dalam risalah kenabian, kita mengenal sosok Ibrahim a.s. yang merelakan Ismail, anak satu-satunya, disembelih demi menjalankan perintah Allah. Walau akhirnya perintah itu dianulir dan diganti dengan menyembelih seekor kambing.
Pada akhirinya, segala yang kita miliki hanya milik Allah semata. Kecintaan atas apa yang kita miliki hendaklah juga didasari oleh kecintaan pada Sang Pemilik. Karena, apa yang kita cintai dan menjadi milik kita pada hakekatnya bukanlah milik kita. Biarlah kecintaan atas apa yang kita miliki kita gunakan sebagai wujud kecintaan kita pada-Nya. Semoga kita masuk dalam kaum terbaik yang dijanjikan oleh Allah karena telah merengkuh kebajikan yang sempurna. “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya...” (QS. Almaidah [5]: 54)

Jakarta, 7 Mei 2007
Oleh Abu Bakar Fahmi

Kamis, 10 Mei 2007

EKSPRESIKAN DIRI LOE

Ekspresikan diri Loe!
begitu kira2 ungkapan sebuah iklan di TV! terkadang kita memang malu untuk mengkespresikan diri. Malu?? lebih tepatnya ga' PD. why?!? coz kita merasa ga punya kelebihan yg bisa diandalkan. itulah susahnya, kebanyakan dari kita underestimate ama diri sendiri!
sampe2 lupa kalo Allah yang MAHA PEMURAH telah memberi banyak nikmat pada hambaNYA...Sikap ini, akan selalu menjadikan kita manusia yang ga pernah mensyukuri nikmat ALLAH.
maak ga heran kalo sedikit2 terbersit tanya dalam hati:
kok aku begini?
coba....

Andai Saja....
Kalaulah...
Uhhhhh....Cape deghhhhh
jangan2 ntar kamu jadi S T R E SSSSSSS
Nikmatin aja apa yang Allah telah berikan, kerahkan segenap potensimu untuk berbuat dan memberi kemanfaatan buat Ummat. Bukankan Ummat yang terabik adalah ummat yang dapat memberi manfaat untuk orang lain.
So..saatnya kamu berbuat..saatnya kamu berkarya!

AKHIRNYA.....

Akhirnya...sy kembali nge-blog!
Apa kabar dunia????
kerinduan ini, tak lagi terbendung tuk menyapa dunia, mengisinya dengan berbagai warna.
Kali ini, memel tampil berbeda
MEL's DIARY menjadi tajuk pilhan buat blog ini.
Biarlah goresan pena ini membuat kita dekat.
Dekat untuk saling berbagi, mengisi dan mewarnai hariku, harimu, hari kita.
blog lamaku.......
slamat tinggal! bukan ku tak suka lagi padamu
tapi...gimana yah????
ah sudahlah..
selanjutnya
NANTIKAN KISAH MENARIK dari seorang MEMEL
ciyeeeeee:)

Selasa, 08 Mei 2007

AKU, MENCARI DIRIKU….

….Cukup jauh perjalanan ini kutempuh. Menapaki hari demi hari, menyisiri pagi hingga petang. Rembulan malu-malu menampakkan diri, lalu mentari datang dengan gagahnya. Setiap hari begitu. Selalu!. Bukankah ini sebuah keniscayaan?, maka seharusnya tak lagi ada tanya untuk itu. Aku tak menggugat hari, sama sekali tidak. Bukankah aku memang tak punya otoritas untuk itu. Siapa aku?, maka jawabnya aku bukan siapa-siapa. Sungguh tak tahu malunya diriku untuk menggugat hari. Toh, meskipun aku punya hak untuk itu, haripun tak salah. Jadi buat apa aku mencari justifikasi untuk menyalahkan hari.Perjalanan ini telah menempuh dua dekade. Perjalanan yang jika mau jujur, cukup melelahkan. Tapi, ini adalah konsekuensi atas sebuah pilihan. Jika tak mau menjalani, ya diakhiri. Gampang bukan?. Tapi bagaimana selanjutnya, ya harus diterima. Suka atau tidak suka, sebab itulah pilihan. Harus menerima segala konsekuensi dan risikonya. Tak kata ada penolakan. Sebab menolak berarti tak ada.Hari bergulir semakin jauh. Pilihan hidup ini semakin banyak. Tak cuma harus memilih satu diantara dua, tetapi satu diantara sepuluh. Atau bisa saja sepuluh diantara seratus, atau seratus diantara seribu atau bahkan seribu diantara milyaran pilihan. Dan kita tinggal memilih. Sederhana bukan?.Seperti hari ini, aku masih saja diperhadapkan pada pilihan, menentukan diriku. Sekadar memilih saja tentulah mudah. Varian pilihan yang ditawarkanpun banyak. Jadi, kenapa harus pusing. Tapi sekali lagi, aku harus menghitung untung rugi dari pilihanku. Menimbang sebelum memutuskan.Di perjalanan jauh ini (jika dikalikan dengan hari yang telah terlewati), aku mencari diriku. Mencari yang tersembunyi dari yang tak nampak. Seperti bermain petak umpet. Ayo...sembunyi dimana?. Mencari dan mencari. Aku terus mencari diriku, di tengah pilihan-pilhan yang ada. Kemana dirimu sahabat? Bagaimana cara aku tahu, dirimu bersembunyi dimana?. Aku memerlukan peta penunjuk arah. Aku butuh bisikan meski sekadar sinyal yang dibawa oleh angin. Aku masih mencari, dimana gerangan dirimu bersembunyi. Keluarlah sahabat, keluarlah. Tunjukkan wujudmu, biar kutahu siapa dirimu. Jika aku mengenalmu, maka aku mudah mengenali diriku. Aku mencarimu sahabat. Atau kau tak perlu dicari. Mungkinkah engkau datang tanpa aku mencarimu. Tapi aku terus mencarimu sahabat. Sebab rasanya mustahil engkau kan datang tanpa kucari. Aku harus menemukanmu sekarang. Bukan besok, apalagi lusa. Biar bisa kupersiapkan segalanya. Biar aku mengantarmu pada apa yang enkau inginkan. Biar aku bisa meraba kemana muara diriku. Aku mencarimu sahabat. Aku mencari diriku....( 14 Februari 2007, saat aku nerpikir tentang diriku, muaraku kelak).

KAMU JUGA BISA KOK!

UNIK! Ya unik. Kamu memang unik, Allah SWT menciptakan setiap manusia berbeda. Coba saja perhatikan sepasang anak kembar. Mereka memang mirip, tapi tidak sama bukan. Antara keduanya pastilah ada perbedaan khas masing-masing. Baik hal yang berfifat fisik ( warna kulit, model rambut, bentuk wajah dsb) maupun yang non-fisik (sifat, kebiasaan, bakat, minat). Perbedaan itulah, yang menjadikan setiap orang itu unik. The one person si different with other person. Jadi, sudah seharusnyalah kamu bangga sekaligus mensyukuri keunikan yang dianugerahkan Allah.Setiap pribadi manusia unik. Berarti tak ada lagi anggapan bahwa kalau Nisa jago menulis cerpen, Arifah mahir bermain alat musik, Nadya selalu menjuarai kompetisi ilmiah dan Ain pemenang olimpiade matematika sementara kamua memandang diri sendiri tak punya bakat yang juga layak dibanggakan. Pada diri setiap orang, terdapat keunggulan masing-masing. Bisa sama dan bisa juga tidak. Menjadi pelajar yang unggul, tak harus memiliki prestasi yang sama dengan orang lain. Justru dengan keunikan itu, setiap orang punya keunggulan masing-masing. Keunggulan itulah yang menjadi khas dirimu. Sehingga layak jika jika manusia dikatakan unik, betul nggak?...Tentu dong, Unik karena kekhasan potensi setiap masing-masing orang berbeda. Oke, sekarang kita sudah memiliki persepsi yang sama bahwa setiap orang memiliki potensi dan keunggulan khas masing-masing. Lalu apa selanjutnya...?. Maka, KENALI DIRI.Srie bisa tahu jika Darma punya keahlian membuat komik Meski hingga saat ini tak ada satupun komik Darma yang terpublikasikan. Mengapa Srie bisa mengetahui hal itu?. Ya tentu saja karena Srie mengenal Darma. Ia tahu jika darma berbakat untuk itu. Oleh karenanya Srie mengantar dan memperkenalkan Darma pada perusahan penerbitan dengan maksud agar karya Darma dapat diterbitkan. Begitu juga dengan kamu. Jika telah bisa mengenali siapa dirimu (termasuk minat dan bakat serta berbagai potensi diri ), tentu saja dengan mudah kamu dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi tadi. Jika belum mengenali diri, maka wajar kalau kamu masih berkata: AKU TAK PUNYA BAKAT SEPERTI DIA, MAKA AKU TAK DAPAT BERPRESTASI.Sekarang kamu telah berada pada titik pengenalan terhadap kekhasan potensi diri. Maka hal terpenting juga, yakin dan percaya diri bahwa potensi tersebut sangat berharga. Jangan pernah malu untuk menyatakan bahwa kamu punya potensi di bidang tertentu. Apalagi, sampai memandang bahwa potensi yang kamu miliki tidak sehebat potensi orang lain. Atau bahkan lebih rendah. Contoh kasus: Popi merasa tidak pede kalau keahliannya meracik bumbu dan memasak yang super enak tidak bisa disetarakan dengan keahlian Jaka mengutak-atik komputer. Pede aja lagi! Keahlian kamu patut diperhitungkan. Siapa yang bilang kalau Bill Gates lebih hebat daripada.seorang chef Pastilah kita mengatakan kalau kedua-duanya sama hebatnya. Meskipun Bill Gates mampu menciptakan program Microsoft tapi belum tentu dia bisa membedakan antara jahe dan lengkuas J Sepakat nggak?. So..apapun potensi kamu, pede aja lagee. Justru akan lebih payah jika bakat kamu tidak terarah, bahkan kamu sendiri tidak mengenali potensi unik yang telah dianugerahkan Allah. Kamu juga harus percaya diri jika kamu bisa sukses, asal terus mau mengasah dan mengembangkan serta mengarahkan potensi unikmu.Potensi atau bakat setiap manusia, tidak mungkin dong menjadi lebih baik jika tidak dibarengi upaya mengembangkannya. Untuk itu kamu kudu mempersiapkan diri. SIAPAKAN AMUNISI. Coba deh kamu belajar dari kesiapan tempur tentara. Sebelum bertempur mereka tentunya sudah membaca medan dan kesiapan lawan. Jadi mereka tahu perlengkapan apa aja yang harus ada agar bisa memenangkan perang. Begitu juga dengan kamu. Kenali potensi lalu pikirkan apa yang perlu kamu siapkan untuk mengembangkannya. Simak kiat Rina, dia punya keahlian public relation. Wajar jika keterlibatannya di sebuah organisasi pelajar pada bidang Kemitraan Masyarakat dan Lembaga dapat dikatakan sukses. Rina sejak awal bisa mengenali potensinya. Tapi tak sebatas mengenali saja, Rina mengembangkan potensinya dengan banyak membaca, ikut pelatihan, dan kegiatan lain yang dapat mengembangkan potensi PR nya. Percuma dong, punya potensi tapi ga’ dikembangin. Sama aja kan dengan menyia-nyiakan potensi yang Allah anugerahkan.Kamu sudah punya amunisi, lantas?. It’s Show Time.. Aktualisasikan potensi kamu. Caranya?. Kamu bisa mengikuti berbagai kompetisi, lomba, pertandingan dan bentuk-bentuk lain sejenis. Bisa juga bergabung pada beberapa komunitas atau ikut berorganisasi. Saatnya kamu mengiplementasikan wujud syukurmu dengan karya nyata. Kalau potensimu menulis, mulailah menulis. Bergabung dengan komunitas penulis. Kirimkan karya tulis kamu ke majalah, koran atau media apa saja. Atau bisa juga kamu mengikuti lomba-lomba kepenulisan. Sayang kan, kalau potensi unikmu tadi tidak ga’ teraktualisasikan. Kalau ga’ juara? Ga’ dimuat? Gimana dong?......don’t worry….kamu tetap pemenang koq!. Mengalahkan kemalasan, ketakutan, ketidakpercayadirian, ragu, dan malu yang ada dalam dirimu berarti kamu layak dikatakan pemenang. Kamu telah berani untuk mengaktualisasikan potensi unikmu. Jadi ga’ ada alasan kalau kamu harus putus asa. Tapi ambillah setiap peluang yang ada, untuk terus mencoba. Karena prestasi adalah akumulasi dari kegagalan plus satu (peluang berikutnya). Kalau kamu berhenti karena putus asa, berarti kamu telah berpaling dari kemenangan yang menantimu di depan sana. Ingat...setiapa orang layak jadi pemenang! Karena sejak awal penciptaannnya, mental pemenang sudah ada dalam diri manusia itu sendiri. So...saatnya kamu berprestasi!

Kejujuran Hati

SETITIK CELAH
Cukupkah segenggam idealisme
Dalam balutan komitmen
Bila tidakLalu…apa?
Bila iyaMengapa…begini?
PencariankuTak menemukan arti bagiku
Pertahanan nan perkasaSedikit lagi akan runtuh
Setitik celah mengorek nurani
Merasuk ke dalam jiwa
Masihkah pantasSeorang ringkih berdiri tangguh
Berkata artiPERJUANGAN?
(2006, saatnya komitmen diuji)

Senin, 07 Mei 2007

tips keren

berPRESTASI yuuK!!

Udah Baca tapi Belum paham juga..don't be sad..neh ada Tips PRAKTIS memahami BUKU dari "AIDH al QARNI dalam bukunya MENJADI PELAJAR BERPRESTASI..simak yuk!1. Mengulang buku-buku tersebut..kata Uztad yang nulis Laa Tahzan ini, baiknya satu buku diulang baca hingga tiga kali (emm..kalo tiga kali sehari, jadinya mirip minum obat)2. Membaca sambil membawa buku catatan kecil..maksudnya biar bisa nyatat sesuatu yang dianggap penting dari buku yang dibaca3.Diskusi..! ini penting, biar pikiran kita jadi lebih tajam (setajam SILET)..Ok! selamat mencoba deghbuat Bang Qarni makaseeh yeee...